BERITA TERPERCAYA HANYA DI DUNIA PANEL

Saturday, January 14, 2017

Behavior Based Safety (BBS) Keselamatan Berbasis Perilaku


Berbicara mengenai Behavior Based Safety atau Keselamatan Berbasis Perilaku, maka sangat jelas sekali bahwa basic atau landasan jalannya program ini adalah berdasarkan perilaku.
Perilaku disini pasti sangat jelas berhubungan dengan perilaku manusia dalam hal bekerja di area kerja yang sangat banyak bersinggungan dengan alat-alat kerja, benda kerja, kendaraan kerja, langkah kerja, dan lainnya.
Dalam sistem manajemen keselamatan berdasarkan hirarki pengendalian bahaya , BBS dapat diterapkan untuk internalisasi strategi penghindaran bahaya atau kontrol administratif (termasuk penggunaan APD), tetapi tidak boleh digunakan dalam preferensi untuk pelaksanaan langkah-langkah keamanan cukup praktis lebih lanjut atas hirarki. 
 
Perilaku seseorang dapat dikelompokkan ke dalam perilaku wajar, perilaku dapat diterima, perilaku aneh, dan perilaku menyimpang.
Faktor penentu perilaku terbagi atas 2 bagian
Faktor internal, misalnya tingkat pengetahuan, kecerdasan, persepsi, emosi, motivasi, jenis kelamin, dan sebagainya.

Faktor eksternal, meliputi lingkungan sekitar, baik fisik maupun non-fisik, seperti iklim, manusia, sosial, budaya, ekonomi, politik, kebudayaan dan sebagainya.
Faktor lingkungan ini sering merupakan faktor yang dominan mewarnai perilaku seseorang.
Dalam penerapan program Behavior Based Safety (BBS), stimulus yang diberikan terus-menerus adalah melakukan observasi perilaku secara terus-menerus dan memberikan stimulus positif, pada akhirnya akan menghasilkan perubahan perilaku kerja aman (conditioned response of safe behavior).

1. Operant Conditioning adalah merubah perilaku dengan menghubungkan akibat yang didapatkannya. Teori ini diperkenalkan oleh B.F. Skinner, seorang ahli psikologi dari Harvard, yang menyatakan bahwa orang berperilaku sedemikian rupa untuk mendapatkan sesuatu yang ia inginkan atau untuk menghindari sesuatu yang tidak ia inginkan. Kecenderungan untuk mengulangi perilaku tertentu dipengaruhi oleh lemah-kuatnya reinforcement terhadap akibat yang didapatkan dari perilaku tertentu tersebut, oleh sebab itu, dikatakan reinforcement memperkuat perilaku dan akan menambah kecenderungan perilaku tertentu itu diulangi lagi.
Penerapannya dalam program BBS adalah bila dalam melakukan observasi perilaku kerja didapatkan pekerja telah melakukan pekerjaannya dengan benar dan aman, maka pekerja tersebut harus diberi reinforcement agar pekerja tersebut mengerti bahwa yang ia lakukan sudah benar dan aman sehingga perilaku kerja aman (safe behavior) akan diulangi terus. Bila perilaku kerja aman (safe behavior) ini terus diulang, maka kecelakaan kerja dan lingkungan dapat dicegah.

2. Social Learning adalah merubah perilaku melalui pengaruh model. Orang dapat belajar dari mengamati apa yang terjadi pada orang lain dan diajari sesuatu sedemikian rupa dari pengalaman langsung.
Penerapannya dalam program BBS adalah komitmen dan partisipasi manjemen beserta para pimpinannya secara aktif dan nyata dalam implementasi program BBS untuk menjadi model yang akan diikuti oleh seluruh jajaran dibawahnya secara aktif. Hal ini dapat mengurangi unsafe behavior menjadi safe behavior dalam bekerja.

3. Developing Job Pride Through Behavior Reinforcement menjelaskan bahwa perilaku dipengaruhi oleh efek yang didapatkannya. Efek yang negatif mengarah kepada kecilnya kemungkinan pengulangan perilaku. Sedangkan efek positif akan mengarah kepada pengulangan perilaku bertambah besar. Dalam prakteknya bila perilaku tertentu menghasilkan pengalaman yang negatif, misal mendapatkan hukuman, denda, menyakitkan, perasaan tidak menyenangkan dan lainnya yang negatif, maka perilaku tertentu itu cenderung untuk tidak diulangi lagi.
Bila perilaku itu mendatangkan pengalaman yang positif seperti penghargaan, kesenangan, hadiah, kepuasan, dan lainnya yang positif, maka perilaku tersebut cenderung untuk diulangi. Behavior reinforcement berbeda dengan penghargaan kepada pribadi pada umumnya.
Penerapannya dalam program BBS adalah penghargaaan atau perhatian positif lainnya perlu diberikan terhadap orang yang melakukan kerja aman (safe behavior). Penghargaan ataupun perhatian positif tersebut  diberikan terhadap sesuatu yang spesifik yang telah dilakukan oleh pekerja tersebut dengan aman. *Pemberian hukuman akibat dari perilakunya tidak akan merubah perilaku secara permanen sebab perilaku tersebut berubah karena takut mendapat hukuman.*

4. Giving Feedback
Proses perubahan perilaku memerlukan feedback sebagai mekanisme untuk meningkatkan kepekaan terhadap error generating work habits, terutama kekeliruan yang potensial menimbulkan kecelakaan.
Behavior Based

Safety (BBS) merupakan aplikasi sistematis dari riset psikologi tentang perilaku manusia pada masalah keselamatan (safety) ditempat kerja yang memasukkan proses umpan balik secara langsung dan tidak langsung. BBS lebih menekankan aspek perilaku manusia terhadap terjadinya kecelakaan di tempat kerja. Menurut Geller (2001),
BBS adalah proses pendekatan untuk meningkatkan keselamatan kesehatan kerja dan lingkungan dengan jalan menolong sekelompok pekerja untuk:
• Mengidentifikasi perilaku yang berkaitan dengan keselamatan dan kesehatan kerja (K3).
• Mengumpulkan data kelompok pekerja.
• Memberikan feedback dua arah mengenai perilaku keselamatan dan kesehatan kerja (K3).
• Mengurangi atau meniadakan hambatan sistem untuk perkembangan lebih lanjut.


Tujuh kriteria yang sangat penting bagi pelaksanaan program Behavior Based Safety:
*1. Melibatkan Partisipasi Karyawan yang Bersangkutan*
BBS menerapkan sistem bottom-up, sehingga individu yang berpengalaman dibidangnya terlibat langsung dalam mengidentifikasi perilaku kerja tidak aman (unsafe behavior).
*2. Memusatkan Perhatian pada unsafe behavior yang spesifik*
Untuk mengidentifikasi faktor di lingkungan kerja yang memicu terjadinya perilaku tidak selamat para praktisi menggunakan teknik behavioral analisis terapan dan memberi hadiah (reward) tertentu pada individu yang mengidentifikasi perilaku tidak selamat.
*3. Didasarkan pada Data Hasil Observasi*
Observer memonitor perilaku selamat pada kelompok mereka dalam waktu tertentu. Makin banyak observasi makin reliabel data tersebut, dan safe behavior akan meningkat.
*4. Proses Pembuatan Keputusan Berdasarkan Data*
*5. Melibatkan Intervensi Secara Sistematis dan Observasional*
*6. Menitikberatkan pada Umpan Balik terhadap Perilaku Kerja*
Dalam program Behavior Based Safety, umpan balik dapat berbentuk umpan balik verbal yang langsung diberikan pada karyawan sewaktu observasi, umpan balik dalam bentuk data (grafik) yang ditempatkan dalam tempat-tempat yang strategis dalam lingkungan kerja, dan umpan balik berupa briefing dalam periode tertentu dimana data hasil observasi dianalis untuk mendapatkan umpan balik yang mendetail tantang perilaku yang spesifik.
*7. Membutuhkan Dukungan dari Manager*
Komitmen manajemen terhadap proses behavior based safety biasanya ditunjukkan dengan memberi keleluasaan pada observer dalam menjalankan tugasnya, memberikan penghargaan yang melakukan perilaku selamat, menyediakan sarana dan bantuan bagi tindakan yang harus segera dilakukan, membantu menyusun dan menjalankan umpan balik, dan meningkatkan inisiatif untuk bertindak selamat dalam setiap kesempatan. Dukungan dari manajemen sangat penting karena kegagalan dalam penerapan BBS biasanya disebabkan oleh kurangnya  dukungan dan komitmen dari manajemen.

salam safety

No comments:

Post a Comment